Kala fajar menyibakkan pesona keindahannya, semerdu lantunan adzan subuh yang kian mengeras tidak jauh dari tempat tinggal sementara kami di Gresik. Seperti yang sudah kami rencanakan sebelumnya, kami mulai mengawali hari dengan kesibukkan yang telah menanti. Kami pun mulai menyiapkan barang pribadi maupun kelompok yang akan dibawa ke Pulau Bawean. Dengan suasana yang cukup santai, kami bersenda gurau satu sama lain, begitu hangat untuk mulai saling mengakrabkan. Inilah keluarga baru kami, KKN UGM unit 197. Walau mungkin kita baru kenal tidak lebih dari tiga bulan, kita sepakat untuk saling membuka diri menerima kenyataan bahwa kita memang saling membutuhkan.
Disela-sela kesibukkan, kami juga mulai bergantian untuk memanjakan diri. Membasuh seluruh tubuh, walau dengan air yang agak bau tanah. Maklum, rumah yang kami tinggali memang sedang direnovasi. Begitu pun dengan sumurnya, tak ayal air yang mengalir masih berwarna kecoklatan pertanda saluran airnya masih baru. Namun bagi kami ini sudah lebih dari cukup, karena jika kita menginap di hotel atau losmen tentu akan banyak menghabiskan dana kas kami. Beruntung, salah satu anggota kami masih mau menampung orang-orang koplak ini. Kami haturkan banyak terimakasih pada saudari Nisa atas tumpangan dan segala macam fasilitas gratisnya.
Sekitar pukul 7 pagi, kami mulai menuju pelabuhan Gresik dengan berjalan kaki. Wajar saja, karena lokasi pelabuhan cukup dekat dari rumah yang kami tinggali sementara. Sebuah rumah minimalis berwarna putih dengan banyak jendela yang berukuran besar. Pada Tembok depan rumah bagian bawah, ada sedikit hiasan batu sungai berwarna hitam pekat yang ditata menyerupai model bangunan jaman penjajahan Belanda. Meskipun luas bangunannya kecil selayaknya rumah minimalis pada umumnya, jendela besar itu cukup banyak menyediakan ruang udara sehingga rumah tidak terasa sumpek walau diisi oleh 21 anggota kami. Sedangkan kedua anggota tim kami yang lain yang berasal dari Gresik, yaitu Nisa dan Andik Setiawan tinggal di rumah keluarganya masing-masing dan baru bergabung dengan kami sekitar setengah jam yang lalu. Akhirnya, mereka berdua juga ikut bersama kami berjalan menuju pelabuhan. Sebuah kebersamaan yang hangat untuk mengawali indahnya hari ini.
Setibanya di pelabuhan, kami pun langsung disuguhkan gambaran sebuah keramaian. Memang inilah satu-satunya cara untuk bisa menjamah Pulau Bawean, sehingga penumpang yang ingin menuju Bawean semuanya bertumpuk di pelabuhan ini. Satu kapal, satu tujuan pelayaran dan satu kekerabatan. Tak jarang memang dalam satu kapal itu, sesama warga Bawean saling mengenal satu sama lain. Sungguh sistem primordial yang saat ini mulai sulit ditemukan dibeberapa wilayah Indonesia.
Selasa 10 Juli 2012 pukul 09.00 WIB bersama sebagian kecil warga Bawean, kami mulai menikmati laju kapal cepat BAHARI EXPRESS 1 C di atas alunan ombak pantai utara Jawa. Hmmm... Kami semakin tak sabar untuk segera tiba dipelukan Pulau Putri. Pulau yang kami yakini akan memberikan keramahan di pandangan pertamanya.




Fazlurrahman Al-Razie

Besok Selasa kemungkinan kita sudah bisa berlayar menuju Bawean”. Begitulah kalimat yang ramai dibincangkan teman-teman KKN Bawean akhir-akhir ini. Sudah seminggu lamanya, kami bergurau dengan ketidakpastian yang membosankan. Terhitung sejak kami memesan tiket pada tanggal 1 Juli 2012, kami sudah bosan untuk saling bergunjing bertemakan “manajemen transportasi kancut”.

Masih teringat jelas, bagaimana setiap harinya kami selalu menyempatkan diri untuk menghubungi pihak jasa transportasi yang bergerak di bidang pelayaran tersebut. Usaha kami tidak hanya sebatas menghubungi melalui sambungan telepon saja, kadangkala kami juga langsung mendatangi kantornya yang terletak tidak jauh dari parkiran makam sunan Malik Ibrahim. Setiap hari pula, kami selalu mendapatkan jawaban yang nyaris sama, “Mohon maaf, kami belum bisa memastikan keberangkatan kapal dari Gresik menuju Bawean karena belum ada kejelasan kabar mengenai cuaca dari BMKG”. Padahal, cuaca di hari-hari tersebut bagi kami terlihat biasa-biasa saja. Tiada sedikitpun cela dalam otak kami, untuk menerima argumen bahwa cuaca sedang buruk. Sial, apakah kami yang memang bodoh terhadap permasalahan cuaca. Atau kami memang sedang dibodohi? Entahlah…

Sekitar pukul 23.00 WIB (Jum’at, 6/7/2012),  salah satu teman kami membaca sebuah kabar gembira di situs bawean.net, sebuah website yang juga berisi berbagai macam informasi mengenai pulau Bawean. Dalam situs tersebut, ditulis bahwa kapal akan berangkat PP Bawean-Gresik pada hari (Sabtu, 7/7/2012) dan hari Minggu (8/7/2012). Namun, masih  saja kegembiraan itu terasa pahit bagi kami. “Tiket habis terjual …” begitulah kalimat penutup pada kabar yang tidak jadi menggembirakan itu.

Hari Jum’at lalu, tepatnya pukul 14.30 WIB kami masih sempat menghubungi pihak jasa transportasi melalui telepon seluler, jawaban yang kami terima tetap sama seperti hari-hari sebelumnya. Sampai saat itu pula, kami belum memegang satupun tiket yang telah kami pesan untuk keberangkatan 23 personil kami. Namun, kini semuanya telah menjadi jelas. Tiket sudah habis, tanpa ada sedikitpun kabar yang kami terima dari pihak penyedia jasa transportasi. Hmmm… percuma saja kami meninggalkan kontak kami yang bisa dihubungi jika pada akhirnya kami tidak pernah diinformasikan sedikitpun mengenai kejelasan jadwal keberangkatan. Sampai akhirnya (mungkin) tiket habis terjual dalam waktu setengah jam sebelum kantor tutup jam 15.00 WIB atau tepat 30 menit setelah telepon kami yang terakhir.

Sabtu 7 Juli 2012, perwakilan kami kembali mendatangi kantor jasa transport itu dengan sedikit kekesalan yang kami pendam. Kami pun kembali menanyakan kapan kami mulai bisa berangkat menuju Bawean. Kali ini, kami lebih hati-hati dan tidak mau dibodohi lagi. Surat izin yang kami terima dari pemda setempat pun tak lupa kami foto-copy untuk kami berikan pada mereka agar mereka tahu bahwa kami tidak main-main. Akhirnya, kami pun dijanjikan akan diberangkatkan pada hari Selasa (10/7/2012).

Hufth.. sungguh proses yang melelahkan, semoga selasa esok kami benar-benar telah menginjakkan kaki di pulau Bawean. Jujur, kami sudah tidak sabar lagi untuk belajar bersama-sama masyarakat pulau Bawean. Akhir kata, untuk teman teman-teman seperjuangan, mari kita luruskan kembali niat kita 






Fazlurrahman Al-Razie


Gresik, 9 Juli 2012